- Back to Home »
- Budidaya Ikan Patin
Posted by : Unknown
Kamis, 22 Mei 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR
BELAKANG
Bagi
masyarakat Indonesia patin merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang cukup
digemari. Umumnya ada 2 jenis patin yang ada dipasaran saat ini, yaitu patin
lokal dan patin siam. Patin lokal adalah patin asli Indonesia dari
sungai-sungai besar Sumatra dan Kalimantan, sedangkan patin siam merupakan
jenis patin yang diproduksi di Thailand.
Dibeberapa
daerah sentra penghasil patin lokal,seperti Sumatra dan Kalimantan. Ikan ini
dengan mudah banyak ditemui disungai-sungai atau didanau. Selain mengandalkan
penangkapan di perairan umum patin merupakan jenis ikan budidaya potensial yang
banyak dipelihara pembudidaya ikan dipulau Jawa sampai dikawasan timur
Indonesia. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa penyebaran patin sudah hampir
mencangkup seluruh wilayah ditanah air.
1.2.TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar
mahasiswa bisa mengetahui dan lebih mendalami lagi pembelajaran
budidaya Ikan Patin. Serta tambahan informasi bagi para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Nilai Istimewa Patin
Ikan
patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih
perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai
komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal
inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para
pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian
makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa
mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak
membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada
perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi
syarat untuk membesarkan ikan ini.
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.
Bagi
masyarakat Indonesia patin merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang cukup
digemari. Umumnya ada 2 jenis patin yang ada dipasaran saat ini, yaitu patin
lokal dan patin siam. Patin lokal adalah patin asli Indonesia dari
sungai-sungai besar Sumatra dan Kalimantan, sedangkan patin siam merupakan
jenis patin yang diproduksi di Thailand.
Dibeberapa
daerah sentra penghasil patin lokal,seperti Sumatra dan Kalimantan. Ikan ini
dengan mudah banyak ditemui disungai-sungai atau didanau. Selain mengandalkan
penangkapan di perairan umum patin merupakan jenis ikan budidaya potensial yang
banyak dipelihara pembudidaya ikan dipulau Jawa sampai dikawasan timur
Indonesia. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa penyebaran patin sudah hampir
mencangkup seluruh wilayah ditanah air.
a.
Harga
jual yang menjanjikan
Patin
termasuk jenis ikan air tawar yang memiliki nilai bernilai ekonomi penting.
Harga jualnya cukup menjanjikan umumnya diatas harga jual rata-rata ikan
konsumsi yang lain. Mahalnya harga jual patin karna rasa dagingnya yang enak,
lezat, dan gurih. Dari semua jenis ikan keluarga lele lelean rasa daging patin
boleh dibilang termasuk yang sangat enak. Tadak mengherankan jika saat ini
banyak rumah makan atau restoran yang menyediakan olahan ikan patin sebagai
menu utamanya.
Bahkan,
tidak sedikit orang yang menjadi fanatik mengkosumsi daging patin khusus di
Sumatra, menu patin yang paling terkenal adalah “patin asam pedas” yang menjadi
masakan favorit masyarakat etnis melayu dan terkenal hingga kenegara tetangga,
seperti Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam, menu lainnya adalah pepes
dan sup patin.
b.
Bergizi
tinggi
Selain
rasanya yang enak, nilai protein daging patin juga tergolong tinggi, mencapai
69,6%. Kandungan gizi lainnya adalah lemak 5,8%, abu 3,5%, dan air 59,3%.
Adapun bobot ikan setelah disiangi sebesar 79,7% dari bobot awalnya. Sedangkan
filet yang diperoleh dari bobot ikan seberat 1-2 kg mencapai 61,7%.
c.
Mudah
dibudidayakan
Minat
peternak dalam membudidayakan patin memang belum sebesar minat membudidayakan
ikan mas. Padahal, tingkat permintaan konsumen terhadap ikan ini tidak pernah turun,
bahkan cenderung mengalami kenaikkan setiap tahunnya faktor penyababnya adalah
tingkat pengetahuan dan ketrampilan peternak yang masih rendah, serta masih
terbatasnya informasi mengenai teknis pembudidayaan.
Sebenarnya,
budidaya patin tidaklah sesulit dan serumit yang dibudidayakan selama ini. Selain
apat dipelihara dikolam biasa seperti yang umun dilakukan pada pembudidayaan
ikan lain. Pemeliharaan ikan patin juga dapat dilakukan diberbagai media lain
dilokasi yang terbatas. misalnya, didalam bak tembok atau bak fiberglass yang
diletakkan didalam ruangan, dikolam tanah yang dilapisi terpal, atau disaluran
air yang diberi pembatas agar ikan tidak kabur. Namun, pemeliharaan dimedia
tersebutharus didukung dengan penguasaan teknisi intensifikasa pembudidayaan.
Sama
seperti ikan lele lelean lainnya, patin tidak memiliki sisik, bentuk kepalanya
relative kecil, mulutnya terletak diujung kepala sebelah bawah. Disudut
mulutnya terdapat dau pasang kumis yang berfungsi sebagai alat pencari pakan
dan peraba saat berenang.
Syarat hidup dan kebiasaan hidup
a. Kebutuhan suhu dan alkalinitas
Patin
sangat toleran terhadap derajat keasaman (pH) air. Ikan ini dapat bertahan
hidup di perairan dengan derajat keasamaan yang agak asam (pH rendah) sampai
basa (pH tinggi) dengan angka pH 5-9. Pada dasarnya, patin akan tumbuh optimal
jika kandungan oksigen (O2) yang terdapat dalam air berkisa 3-6 ppm,
kadar karbondioksida (CO2) 9-20 ppm, tingkat alkalinitas 80-250, dan
suhu air 28-300 C.
b. Termasuk Hewan Nokturnal
Di
habitat aslinya, ikan ini selalu bersembunyi didalam lubang-lubang, sebagai
ikan nocturnal (aktif pada malam hari), patin baru keluar dari liang
persembunyiannya ketika hari mulai gelap. Kebiasaan lain, ikan ini lebih banyak
menetap didasar perairan daripaa muncul dipermukaan air. Karena itu, patin
digolongkan sebagai ikan dasar perairan (demersal). Hal ini dapat dibuktikan
dari bentuk mulutnya yang melebar, seperti mulut ikan-ikan demersal pada
umumnya.
c. Makanan Alami
Secara
alami, makanan patin dialam bebas berupa ikan-ikan kecil, cacing detritus
(mikroba pengurai didasar perairan), serangga, udang-udangan, moluska, dan
biji-bijian. Berdasarkan jenis makananya yang beragam tersebut, patin
dikategorikan sebagai ikan pemakan segala (omnivora).
2.2.
Jenis-Jenis Patin
a) Patin Bangkok
Pada
awalnya, jenis patin yang populer dibudidayakan di Indonesia adalah patin
Bangkok atau jambal siam atau patin siam
(Pangasius hyphopthaimus). Patin jenis tersebut merupakan jenis patin yang
diproduksi dari Thailand. Sehingga sering juga disebut dengan lele Bangkok.
Patin Bangkok memiliki keunggulan menghasilkan banyak telur, sehingga secara
otomatis menghasilkan benih yang juga banyak. Namun sayang dagingnya yang merah
tidak begitu disukai oleh pasar ekspor.
b) Patin Jambal
Patin
jambal merupakan jenis patin lokal. Patin ini banyak terdapat dibeberapa sungai
besar di Sumatra dan Kalimantan. Keunggulan patin ini terletak pada ukuran
tubuhnya yang besar dan dagingnya yang berwarna putih, sehingga disukai oleh
pasar ekspor. Namun, jumlah telurnya tidak begitu banyak, sehingga hasil
benihnya pun sedikit.
c) Patin Super Harapan Pertiwi
(Pasupati)
Untuk
menutupi kekurangan pada kedua jenis patin sebelumnya, para ahli akhirnya
mengawinsilangkan patin siam betina dengan patin jambal jantan. Dari perkawinan
silang ini, dihasilkan patin unggul (Hibrida) yang disebut dengan patin super
harapan pertiwi (pasupati). Keunggulan patin pasupati diantaranya memiliki
daging yang berwarna putih, kadar lemak yang relative rendah, laju pertumbuhan
tubuh yang relatif cepat, dan jumlah telur yang relative banyak. Daging
berwarna putih dan bobot tubuh yang besar diturunkan dari patin jambal,
sedangkan jumlah telur yang relative banyak diturunkan dari patin siam.
3.
Kerabat
Patin Lainnya
Patin
juga memiliki beberapa jenis ikan yang sering disebut sebagai kerabat terdekat
patin, diantaranya ikan juaro, semua jenis patin tersebut memiliki bentuk tubuh
yang yang mirip. Letak perbedaannya hanya terdapat di bagian-bagian tertentu.
Berikut uraiannya:
1. Pangasius polyuronoda,
memiliki bentuk tubuh tinggi. Memiliki tujuh jari-jari lunak dan dua belas jari
keras disirip punggungnya. Sirip lemak dibagian punggungnya tergolong kecil.
Sirip ekornya bercagak simetris. Panjang tubuh maksimum 50 cm.
2. Pangasius micronemus, memiliki
gigi veromine yang terpisah atau bertemu disatu titik. Matanya sangat besar,
kira-kira seperempat panjang kepala. Moncongnya berbentuk segi. Bentuk cuping
rahang bawahnya memanjang. Memiliki 13 – 16 sisir saring dilengkung insang
pertama.
3. Pangasius macronema, memiliki
sungut yang lebih panjang daripada panjang kepalanya. Garis tengah tubuh dan
perutnya jelas terpisah diawal sirip dada. Gigi veromine-nyaterpisah-pisah dan
memiliki 37 – 45 sisir saring tipis dilengkung insang pertama.
4. Pangasius nasutus, memiliki
bentuk moncong yang runcing tajam. Kumpulan gigi veromine memiliki lebar tiga
kali lebih panjang daripada panjang tubuhnya. Matanya sangat kecil, enam kali
lebih pendek daripada panjang kepala. Letak matanya diatas garis sudut mulut.
Saat mulutnya tertutup, seluruh gigi-gigi rahang atas terlihat jelas.
2.3.
Teknologi
Budi Daya
Hingga
saat ini, diketahui antara jumlah produksi dengan jumlah permintaan patin belum
seimbang. Pasalnya, jumlah produksi yang ada menunjukkan kecendrungan selalu
lebih rendah daripada jumlah permintaan. Ini artinya, peluang usaha
pembudidayaan patin masih sangat terbuka lebar. Padahal, jika dibalik sisi
teknologi, sebenarnya sudah ditemukan teknik pembudidayaan yang memungkinkan
untuk dilakukannya pembudidayaan patin secara intensif di berbagai media
pemeliharaan. Dengan kata lain, teknologi pembudidayaan patin sudah cukup
memadai untuk menjawab tantangan permintaan pasar.
Namun,
karena teknologi pembudidayaan tersebut tidak dilakukan secara intensif,
ketidakseimbangan antara jumlah produksi dengan jumlah permintaan selalu saja
terjadi. Untuk itu, penguasaan teknik intensifikasi budidaya patin menjadi
kunci yang patut dikuasai jika ingin sukses mengisi peluang pasar yang ada.
Intensifikasi dalam kegiatan budidaya patin dapat diartikan sebagai usaha
peningkatan teknik pemeliharaan dari cara tradisional kearah yang lebih
mendukung produktivitas intensifikasi ini dapat dilakukan dari usaha
pembenihan, pendederan, hingga pembesaran.
Dengan
kata lain, intensifikasi pemeliharaan patin tidak hanya dilakukan dalam
penerapan teknik kawin suntik saat pembenihan, tetapi juga diikuti dengan
teknik pendederan dan pembesaran yang didukung dengan pemberian pakan yang baik
dan memadai, manajeman pemeliharaan yang terkontrol, pengawasan kesehatan, dan
disertai dengan system pemasaran yang terencana. Tujuan akhinya adalah
memperoleh kuantitas dan kualitas produksi semaksimal mungkin dengan tingkat
keuntungan yang optimal.
Seperti
halnya pembudidayaan ikan jenis lain, kegiatan budidaya patin juga meliputi
subsistem pembenihan, pendederan, hingga pembesaran. Subsistem tersebut saling
berhubungan satu sama yang lainnya. Dengan adanya pola produksi yang
mengandalkan subsistem kegiatan tersebut, setiap pembudidaya dapat memilih
subsistem yang akan ditekuni, sesuai dengan kemampuan modal, kondisi daerah,
peluang pasar, serta sarana dan prasarana yang tersedia.
1. Pembenihan
Pembenihan
merupakan kegiatan pokok dan bisa dikatakan merupakan kunci keberhasilan dari
kegiatan lainnya. Tanpa pembenihan, subsistem yang lainnya tidak akan berjalan.
Pasalnya, kegiatan pendederan dan pembesaran sangat memerlukan benih yang
berasal dari kegiatan pembenihan. Pembenihan ini dilakukan selama 2 – 3 minggu
sejak persiapan induk, pemijahan, sampai menghasilkan benih berukuran 1 – 2 cm.
pembenihan ini bisa dilakukan didalam bak tembok (beton) atau dikolam tanah
berukuran 100 m2.
Bibit ikan patin didapat/ dibeli
dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu.
Selama
pemeliharan dikolam, induk patin diberikan pakan tambahan yang cukup mengandung
protein. Komposisi pakan untuk induk patin terdiri atas 35% tepung ikan, 30%
dedak halus, 25% menir beras, 10% tepung kedelai, serta 0,5% vitamin dan
mineral. Campuran bahan pakan tersebur dibuat menjadi pasta dan diberikan
sebanyak 5% per hari dari bobot induk selama lima hari alam seminggu. Pemberian
pakan dilakukan pada pagi dan sore hari. Untuk mempercepat kematangan gonad,
dua kali seminggu induk patin diberi pakan ikan rucah atau ikan-ikan yang tidak
layak dikonsumsi manusia sebanyak 10% dari bobot induk yang dipelihara.
Sementara
itu, larva yang baru menetas di bak penetasan sampai usia lima hari tidak
diberi pakan karena masi memiliki cadangan pakan berupa kuning telur. Pada hari
keenam, larva dipindah ke tempat pemeliharaan berupa akuarium atau fiberglass
selama 2 -3 minggu. Selama pemeliharaan, dari hari pertama sampai hari ke-10,
benih patin diberi pakan tambahan berupa artemia yang telah ditetaskan ditempat
terpisah. Pemberian pakan dilakukakan setiap 3 – 4 jam sekali. Setelah hari
ke-10, benih parin dapat diberi pakan berupa kutu air, jentik nyamuk, atau
cacing sutera. Jumlah pakan yang diberikan disesuaikkan dengan kebutuhan benih.
Usahakn jangan sampai ada pakan yang tersisa untuk menghindari terjadinya
penurunan kualitas air yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian benih.
2. Pendederan
Pendederan
merupakan kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari pembenihan. Pendederan
dilakukan dalam dua tahap, yaitu pendederan I dan pendederan II. Pendederan I
dilakukan selama tiga minggu, menghasilkan benih berukuran 3 – 5 cm. setelah
itu, dilanjutkan dengan pendederan II selama tiga minggu, menghasilkan benih
berukuran 5 – 8 cm. pendedran dilakukan dikolam tanah atau kolam tembok dengan
luas 100 – 500 m2 atau disesuaikan dengan luas lahan yang ada.
Selama
pendederan, benih diberi pakan alami dan pakan buatan. Untuk menumbuhkan pakan
alami berupa plankton yang dibutuhkan ikan patin pada saat ditebarkan, kolam
harus dipupuk dengan pupuk kandang. Jenis pupuk kandang beserta dosis yang bisa
digunakan sesui tabel berikut.
Tabel
dosis penggunaan pupuk kandang
Sumber Pupuk
|
Dosis per Masa
Tanam (ton/Ha)
|
Sapi atau Kerbau
|
6 – 7,5
|
Kuda
|
6 – 7,5
|
Kambing
|
2,5 – 5
|
Unggas
|
2,5 – 5
|
Sementara
itu, pakan buatan yang cocok untuk pembibitan ikan patin berupa pelet berbentuk
tepung. Pakan tersebut diberikan 3 – 5 Ha per hari dan otal bobot benih.
Pemberian pakan dilakukan pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Pemberiannya
dilakukan dengan cara menyebar pakan disatu atau dua tempat agar semua benih
mendapat pakan sesuai yang dibutuhkan.
3. Pembesaran
Pembesaran
merupakan kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari hasil pendederan hingga
mencapai ukuran konsumsi, baik untuk pasar lokal maupun ekspor. Pembesaran
dapat dilakukan dikolam tanah atau kolam tembok (beton) dengan ukuran
disesuaikan dengan luas lahan yang ada. Selain itu, pembesaran juga dapat
dilakukan didalam keramba di sungai atau didalam keramba jaring apung (KJA)
yang dipasang didanau atau waduk. Lamanya waktu pemeliharaan tergantung pada
ukuran ikan yang akan dihasilkan. Namun, biasanya pemeliharaan dilakukan selama
3 – 4 bulan untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi (minimum 300 – 450 gram per
ekor).
Selama
pembesaran, selain pakan alami, patin juga diberi pakan tambahan untuk
mempercepat proses pertumbuhan. Pakan alami berupa plankton ditumbuhkan dengan
memupuk kolam menggunakan pupuk kandang. Jenis pupuk kandang dan dosis yang
digunakan untuk kolam pendederan. Pakan buatan yang dapat diberikan berupa
pelet yang biasa dibrikan pada ikan mas atau ikan lainnya. Apabila tersedia
waktu dan peralatan, pakan untuk ikan patin dapat dibuat sendiri dengan
komposisi tepung ikan 30%, tepung kedelai 25%, bungkil kelapa25%, dan dedak
halus 20%. Komposisi tersebut diperkirakan memiliki kandungan protein sekitar
20%. Jumlah pakan yang akan diberikan sebanyak 3 – 4% dari bobot ikan patin
yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan pada pagi, siang, sore, dan malam
hari.
Pemeliharaan dan Pembesaran
Ø
Tahap awal yang dilakukan pada
pemeliharaan dan pembesaran adalah dibuatkan tempat khusus di kolam yang telah
tersedia seluas ±1M2 dengan bahan terbuat dari jala-jala kecil atau dalam
aquarium. Kemudian masukan bibit ikan patin tersebut kedalam kolam kecil atau
aquarium tersebut.
Gbr. Kolam dan Aquarium Pembesaran
Ø
Bibit yang didapatkan belum bias
makan Pakan Butan/ Voer, sehingga harus diberikan pakan khusus berupa serbuk
halus yang didapat dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu pada
saat pembelian bibit ikan patin. Pemberian pakan serbuk husus ini berlangsung
selama 2 minggu, sampai bibit sudah bias makan Pakan Buatan/ Voer.
Ø
Setelah bibit bisa makan Pakan
Buatan/ Voer, barulah bibit ikan patin tersebut dilepaskan kekolam besar yang
telah tersedia.
Ø
Pemberian Pakan dilakukan 2 Kali
sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5%
dari bobot/ berat bibit peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan,
sesuai dengan kenaikan berat badan ikan dalam kolam. Hal ini dapat diketahuai
dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang
dipelihara (sampel).
Gbr.
Bibit Ikan Patin Umur 2 Minggu
4. Panen
Ikan patin dapat dipanen setelah berumur 6 bulan dengan
berat mencapai 600-700 gram/ekor.
a. Penangkapan
Penangkapan ikan dengan menggunakan Jaring Bagang.
Gbr.
Proses Penangkapan
b.
Pembersihan
Setelah ikan patin dipanen secara keseluruhan,kemudian
dibersihkan. Setelah dibersihkan ikan patin siap di Jual Kepasaran.
Gbr.
Proses Pembersihan
2.4.
HAMA DAN PENYAKIT
a.
Hama
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan kecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit) sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin. Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin juga tidak akan berlompatan keluar.
b. Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
1) Penyakit akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
a. Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
b. Penyakit jamur
Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut- turut.
c. Penyakit bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan.
Sementara yang terinfeks, tetapi belum
parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain: (1) Dengan
merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30–60
menit, (2) Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5-10 ppm selama 12–24 jam,
atau (3) merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
2) Penyakit non-infeksi
2) Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan, yaitu ;
Ø Ikan akan lemah, berenang megap-megap
dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati.
Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar,
tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
Ø Kendala
yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white
spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang berumur 1-2
bulan.
Ø Penyakit
ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.
Ø Organisme
ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya
sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih.
Ø Tempat
yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir
tersebut.
2.5.
Prospek Pasar
Mengetahui
prospek pemasaranpatin tidak terlepas dari perhitungan arah kebutuhan protein
hewani masyarakat secara umum. Sebagaimana diketahui kebutuhan protein hewani
masyarakat umumnya akan meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk
dan peningkatan pendidikan serta taraf hidup masyarakat.
Di
samping itu, munculnya kesadaran masyarakat akan bahaya kolestrol menjadi
pertimbangan saat memilih jenis protein hewani yang akan dikonsumsi. Dalam kaitan
ini, sumber protein hewani yang berasal dari ikan. Termasuk patin dinilai lebih
aman daripada protein hewani yang dihasilkan dari ternak jenis lain, karena
kadar kolestrolnya relative lebih rendah.
Alasan
lain yang membuat ikan patin memiliki prospek pasar yang baik adalah penyebaran
konsumennya dibeberapa Negara, sehingga peluang ekspornya sangat terbuka lebar.
Selama ini, permintaan kebutuhan konsumen di Negara-negara Eropa, Amerika
Serikat, dan beberapa Negara di Asia hanya dipenuhi oleh pasokan produksi
peternak patin dari Negara Vietnam, yang memasok ikan patin dalam bentuk filet.
Dengan keunggulan komparatif yang kita miliki, peluang tersebut dapat
dimanfaatkan. Bukan hanya mengekspor dalam bentuk filet, tapi juga dalam bentuk
produk olahan patin lainnya.
2.6.
Analisis Usaha
ANALISIS
EKONOMI BUDIDAYA PEMBESARAN
1. Biaya Pembukaan
Lahan (Tambak)
No
|
Uraian
|
Biaya
|
1
|
Upah Tukang
|
Rp. 900.000,-
|
2
|
Pipa Saluran Pembuanga
|
Rp. 1.000.000,-
|
3
|
Jaringan Bagang/ “Dari”
|
Rp. 850.000,-
|
4
|
Kincir
|
Rp. 1.450.000,-
|
5
|
Pabrik Bama
|
Rp. 1.700.000,-
|
6
|
Mesin Domping
|
Rp. 1.900.000,
|
|
Jumlah
|
Rp. 7.800,000
|
2. Biaya
Pembesaran dan Pakan
No
|
Uraian
|
Biaya
|
1
|
Bibi Ikan Patin 4000 ekor
|
Rp. 1.400.000,-
|
2
|
Pakan Ikan
|
Rp. 1.300.000,-
|
3
|
Pakan Ikan Buatan (Pelet)
|
Rp. 9.500.000,-
|
Jumlah
|
Rp. 12.200.000
|
3. Panen
a. Berat Total Ikan 1.936 Kg
b. Harga Pasaran Rp. 13.500/ Kg
c. Harga Jual = 1.936 Kg X Rp. 13.500 = Rp. 26.136.000,-
d. Modal Awal = Rp. 21.000.000,- -
Keuntungan = Rp.
5.136.000,-
Jadi Total Keuntungan Satu Kali Panen dalam masa pembesaran 6 bulan sebesar Rp. 5.136.000,-.
Jadi Total Keuntungan Satu Kali Panen dalam masa pembesaran 6 bulan sebesar Rp. 5.136.000,-.
BAB
III
PENUTUP
2.7.
KESIMPULAN
Patin
termasuk jenis ikan air tawar yang memiliki nilai bernilai ekonomi penting.
Harga jualnya cukup menjanjikan umumnya diatas harga jual rata-rata ikan
konsumsi yang lain. Mahalnya harga jual patin karna rasa dagingnya yang enak,
lezat, dan gurih. Dari semua jenis ikan keluarga lele lelean rasa daging patin
boleh dibilang termasuk yang sangat enak. Tadak mengherankan jika saat ini
banyak rumah makan atau restoran yang menyediakan olahan ikan patin sebagai
menu utamanya.
Minat
peternak dalam membudidayakan patin memang belum sebesar minat membudidayakan
ikan mas. Padahal, tingkat permintaan konsumen terhadap ikan ini tidak pernah
turun, bahkan cenderung mengalami kenaikkan setiap tahunnya faktor penyababnya
adalah tingkat pengetahuan dan ketrampilan peternak yang masih rendah, serta
masih terbatasnya informasi mengenai teknis pembudidayaan.
Sebenarnya,
budidaya patin tidaklah sesulit dan serumit yang dibudidayakan selama ini.
Selain apat dipelihara dikolam biasa seperti yang umun dilakukan pada
pembudidayaan ikan lain. Pemeliharaan ikan patin juga dapat dilakukan
diberbagai media lain dilokasi yang terbatas. misalnya, didalam bak tembok atau
bak fiberglass yang diletakkan didalam ruangan, dikolam tanah yang dilapisi
terpal, atau disaluran air yang diberi pembatas agar ikan tidak kabur. Namun,
pemeliharaan dimedia tersebutharus didukung dengan penguasaan teknisi
intensifikasa pembudidayaan. Sama seperti ikan lele lelean lainnya, patin tidak
memiliki sisik, bentuk kepalanya relative kecil, mulutnya terletak diujung
kepala sebelah bawah. Disudut mulutnya terdapat dau pasang kumis yang berfungsi
sebagai alat pencari pakan dan peraba saat berenang.
3.2. SARAN
Demikianlah penyusunan makalah ini saya buat.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan harapan semua pihak. Akan tetapi, dengan segala kekurangan dan keterbatasan
makalah ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan
bagi yang membaca dan memahaminya. Untuk itu, saya memohon dengan
kerendahan hati agar dapat memberikan kritik dan sarannya guna penyempurnaan
makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
bp3md.tanahbumbukab.go.id/index.php?.
H.
Khairuman, SP & Khairul Amri, S.Pi, M.Si (2011). Buku Pintar Budidaya dan
Bisnis 15 ikan Konsumsi. agro